Tidak Lemah dan Tidak Sedih

TADABBUR JUM’AH MUBARAKAH (98)

TIDAK LEMAH DAN TIDAK SEDIH

 

بسم الله الرحمن الرحیم

 

{ وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحۡزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلۡأَعۡلَوۡنَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِینَ }

”Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman.” (QS. Ali ‘Imran: 139)

🌺 Menurut Ibnu ‘Abbas di saat perang Uhud, para sahabat mengalami kekalahan lalu Khalid bin Walid beserta pasukan berkuda kaum musyrik Quraisy ingin naik ke atas bukit untuk menyerang pasukan Islam. Melihat hal itu, Rasulullah saw berdo’a, Ya Allah, jangan sampai mereka mengalahkan kami ya Allah, tiada kekuatan bagi kami kecuali atas izin dan kehendak-Mu ya Allah, di tanah ini tidak ada orang yang menyembah-Mu kecuali orang-orang ini.

Lalu ada sekelompok pasukan Muslimin yang langsung merengsek ke atas bukit dan menyerang pasukan musyrik dengan senjata panah sehingga mereka mundur dan kalah.

🌺 Allah ta’ala menghibur kaum Muslimin yaitu janganlah mereka melemah akibat peristiwa yang telah terjadi dan kesudahan yang baik dan pertolongan hanya buat orang-orang beriman. Karena mereka orang-orang yang tinggi derajatnya.

🌺 Ketinggian derajat orang-orang beriman; karena akidahnya hanya bersujud kepada Allah saja, sistem hidupnya berjalan sesuai dengan kehendak Allah, peranan mereka sebagai pengemban wasiat atas kemanusiaan seluruhnya, pembawa petunjuk kepada manusia. Kedudukan orang beriman juga sangat tinggi sebagai pewaris bumi sebagaimana janji Allah (baca; An-Nur [24:55]).

🌺 Walaupun ayat ini berkenaan dengan Perang Uhud, namun kontekstual dengan apa yang dialami oleh orang-orang beriman dalam keseharian. Ada saat-saat kondisi kita lemah; lemah psikis, ibadah, kesehatan menurun, himpitan beragam masalah. Namun yakinlah ada Allah ta’ala Sang Pemilik Solusi. Sebagaimana dicontohkan Rasulullah saw saat perang Uhud ini dengan bermunajat kepada Allah semata.

🌺 Menurut Imam Ibnul Jauzi, Nabi Adam as terperangkap dalam kesalahan selama 300 tahun, Nabi Ayyub as berada dalam cobaan sakit selama 18 tahun. Ya’qub as menangisi terus-menerus kehilangan Yusuf selama 80 tahun. Nabi Zakaria menunggu amanah berupa keturunan hingga tua renta. Namun semua berakhir dengan akhir yang bahagia, _happy ending_.

Semoga Allah ta’ala senantiasa memberikan kekuatan sehingga bisa menjaga iman dan Islam serta istiqamah beribadah, beramal usaha, dan aktifitas lainnya dalam kondisi apa pun. Aamiin.

*Arief Rahman Hakim, M.Ag.*

_Pimpinan Yayasan Pondok Qur’an Indonesia_

Bagikan informasi ini

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
Instagram