MENGINGAT KEMULIAAN ORANG TUA

TADABBUR JUM’AH MUBARAKAH (88)

MENGINGAT KEMULIAAN ORANG TUA

بسم الله الرحمن الرحیم

{ وَبَرَّۢا بِوَ ٰ⁠لِدَتِی وَلَمۡ یَجۡعَلۡنِی جَبَّارࣰا شَقِیࣰّا }

dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

[Surat Maryam: 32]

# Pesan Allah ta’ala kepada Nabi ‘Isa as untuk berbakti, taat dan berbuat baik kepada ibunya (Maryam) setelah ketaatan kepada Allah. Karena Allah banyak menyertakan perintah beribadah kepada-Nya dengan taat kepada orang tua (Luqman (31): 14).

# Allah tidak menjadikan Nabi ‘Isa as seorang yang sombong lagi takabbur (enggan) beribadah dan taat kepada-Nya, serta enggan berbakti kepada ibunya (Maryam), sehingga ia menjadi sengsara karenanya.

Menurut salafussalihin, Tidak ada seorang pun yang ditemukan dalam keadaan durhaka kepada orang tuanya kecuali pasti ia adalah seorang yang sombong lagi celaka.

# Dari Qatadah, telah diceritakan bahwa seorang wanita pernah melihat ‘Isa bin Maryam mampu menghidupkan orang yang mati serta menyembuhkan orang yang buta dan berpenyakit kusta sebagai tanda-tanda yang diberikan dan diizinkan Allah. Wanita itu berkata, Beruntunglah perut yang mengandungmu dan tetek yang menyusuimu. Lalu ‘Isa menjawab, _Beruntunglah bagi orang yang membaca Kitab Allah lalu mengikuti isinya dan tidak menjadi orang yang sombong lagi celaka.

# Surat Maryam ayat 30-33 menjelaskan tentang amanah Allah ta’ala yang diberikan kepada ‘Isa asa sebagai seorang nabi beserta tugas pokok dan fungsinya (TUPOKSI). Nabi ‘Isa as menjelaskan ibadahnya hanya untuk Allah. Ia bukanlah anak Allah, bukan tuhan dan bukan yang ketiga dari yang tiga. Ia memiliki hidup yang terbatas yang sudah ditetapkan. Allah ta’ala telah menakdirkan baginya keselamatan, keamanan, dan ketenangan pada hari ia dilahirkan, pada hari ia meninggal, dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.

(Maryam (19): 33).

# Ayat 32 ini juga merupakan dalil bahwa Maryam tidak berzina. Karena jika dia berzina, tentu Nabi ‘Isa yang merupakan seorang rasul tidak diperintahkan untuk memuliakannya.

# Sembilan sifat Nabi ‘Isa as; Pertama, dia hamba Allah bukan tuhan. Kedua, selalu diberkahi. Ketiga, memberi manfaat dalam agama. Keempat, berdakwah kepada agama. Kelima, berperilaku dan berakhlak mulia yaitu berbakti kepada ibunya. Keenam, tidak sombong dan angkuh. Ketujuh, tidak membangkang. Kedelapan, tidak jauh dari kebaikan. Kesembilan, taat dengan syariat Allah yaitu menunaikan salat dan zakat setelah mencapai usia taklif.

# Di antara ayat Al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan kemuliaan orang tua dan sikap anak kepada mereka,

{ وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّیَانِی صَغِیرࣰا }

”Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

[Surat Al-Isra’: 24]

Dari Abu Hurairah ra, Seorang lelaki pernah mendatangi Rasulullah saw lalu berkata,Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik? Beliau Rasulullah saw mengatakan, Ibumu. Dia berkata lagi, Kemudian siapa lagi? Beliau mengatakan, Ibumu. Dia berkata lagi, Kemudian siapa lagi? Beliau mengatakan, Ibumu. Dia berkata lagi, Kemudian siapa lagi? Beliau mengatakan, Ayahmu.

(HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw bersabda,

ثلاث دعوات یستجاب لهن لاشک فیهن دعوة المظلوم ودعوة المسافر ودعوة الوالد لولده #

”Tiga do’a yang mustajab tidak diragukan lagi, yaitu do’a orang yang dizhalimi, do’a orang yang bepergian (safar), do’a baik orang tua kepada anaknya.”

(HR. Ibnu Majah)

# Selain Nabi ‘Isa as sebagai role model seorang yang berbakti, taat dan berbuat baik kepada ibunya, tentu seorang tabi’an Uwais al-Qarni yang hidup di zaman Rasulullah saw namun tidak sempat bertemu dengan beliau. Berasal dari Bareq, Asir, Arab Saudi dekat perbatasan Yaman. Seorang yang sangat rindu kepada Rasulullah saw tetapi lebih memilih untuk berbakti kepada ibunya yang lumpuh. Bahkan Rasulullah saw pernah berpesan kepada sahabat Umar bin Khattab ra agar minta dido’akan oleh Uwais al-Qarni.

# Akhir-akhir ini banyak para anak kehilangan karakternya, melupakan jati dirinya. Menjadi hebat, hidup mapan, memilki intelektualitas tinggi namun lupa kepada siapa yang melahirkan, merawat dan memeliharanya hingga dewasa dan berumah tangga. Seakan-akan kehebatan, kecukupan harta dan kecerdasan yang dimiliki adalah berasal dari dirinya sendiri. Ia lupa akan besarnya kasih sayang Allah, beratnya pengorbanan ibu saat melahirkan, perjuangan seorang ayah melawan derasnya hujan, banjir dan petir yang setiap saat menyambar, serta lirihan, tangisan orang tua di sepertiga malam bermunajat kepada Yang Maha Kuasa demi kesuksesan sang buah hati. Padahal mereka hanya ingin disapa, dijenguk dan diperhatikan.

# Semoga Allah ta’ala senantiasa mudahkan kita untuk memuliakan kedua orang tua. Aamiin.
Hari Ibu, Hari Ayah, bagi setiap muslim adalah setiap hari 24 jam.

 

Arief Rahman Hakim, M.Ag.

Yayasan Pondok Qur’an Indonesia

Bagikan informasi ini

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
Instagram