HUBUNGAN KETAATAN DAN REZEKI

TADABBUR JUM’AH MUBARAKAH (91)

HUBUNGAN KETAATAN DAN REZEKI

بسم الله الرحمن الرحیم

{ …. وَمَن یَتَّقِ ٱللَّهَ یَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجࣰا }

{ وَیَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَحۡتَسِبُۚ وَمَن یَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥۤۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَـٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَیۡءࣲ قَدۡرࣰا }

”… Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.”

[QS. Ath-Thalaq (65):: 2-3]

# Barangsiapa bertakwa kepada Allah dalam seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya, maka Allah akan memberikan solusi dan memberi rezeki dari arah yang tidak diduga-duga, dari arah yang tidak pernah terbersit  dalam hatinya. Menurut Ibnu ‘Abbas, Allah akan menyelamatkannya dari setiap kesusahan di dunia dan di akhirat.

# Ketakwaan adalah akar dari keselamatan dan penjaga yang tidak pernah tidur melindungi orang beriman dari imbas perubahan zaman. Takwa yang akan membuat manusia bangkit saat tergelincir dan menuntunnya ke jalan yang benar.

# Tawakal merupakan buah dari tauhid, keimanan. Seorang muslim yang sebenarnya akan mencurahkan segenap kemampuan, terus bergerak dan berkreasi tanpa takut. Karena ia yakin bahwa kebaikan atau keburukan (musibah) yang menimpanya itu terikat dengan kehendak Allah. Dan Allah pasti akan membantu dan menolongnya. Dengan demikian tawakal diwujudkan dengan kekuatan hati dan kekuatan keyakinan secara padu.

# Diriwayatkan dari Al-Hakim, Tirmidzi dan Ibnu Abid Dunya. Bahwa Umar bin Khattab ra bertemu dengan sekelompok orang yang berasal dari Yaman, kemudian dia mengatakan, Kenapa kalian berada di sini? Mereka menjawab, Kami adalah orang-orang yang bertawakal. Maka dia berkata, Kalian berdusta. Kalian bukanlah orang yang bertawakal. Orang yang bertawakal adalah seseorang yang menanam tanaman di ladangnya kemudian bertawakal.

# Allah akan mencukupi keperluan yang disandarkannya kepada Allah. Dan ketika suatu urusan berada dalam tanggungan Yang MahaKaya, MahaPenyayang, maka Dia paling dekat dengan hamba-Nya melebihi segala sesuatu. Dan terkadang Allah menunda pemberian sampai waktu yang tepat bagi hamba yang bersangkutan.

# Dari Tsauban, Rasulullah saw bersabda,

إن العبد لیحرم الرزق بالذنب یصیبه ولا یرد القدر إلا الدعاء ولایزید فی العمر إلا البر #

Sesungguhnya seorang hamba akan diharamkan dari rezeki karena dosa yang dilakukannya, dan tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali do’a, dan tidak ada yang dapat menambah umur panjang kecuali kebaikan.” (HR. Imam Ahmad, an-Nasai dan Ibnu Majah)

# Nabi Yusuf as tidak akan pernah naik derajatnya di sisi Allah dan dalam hidupnya, seandainya tidak pernah mengalami cobaan yang sangat berat. Dalam kesendirian, ada saatnya merenungi perjalanan hidup, instrospeksi diri. Alangkah tidak sopannya seseorang meminta kepada Allah, namun pada saat yang sama lupa akan dosa-dosa yang diperbuatnya.

# Hendaknya kita berhati-hati, tidak sekali-kali mencoba membangkang perintah Allah. Senantiasa menguatkan kesadaran dan waspada terhadap musibah dan cobaan. Terus mempertahankan ketaatan kepada Allah sekecil apa pun bentuknya. Selalu merasa khawatir akan kemungkinan-kemungkinan dibaliknya jiwa kita jatuh ke dalam hal-hal yang tidak diridhai-Nya.

# Semoga Allah ta’ala mudahkan kita memelihara ketaatan kepada-Nya sehingga Allah mencukupkan rezeki melalui beragam wasilah dan cara yang mungkin tidak bisa dihitung dengan nalar. Aamiin.

 

 

Arief Rahman Hakim, M.Ag.

Pimpinan Yayasan Pondok Qur’an Indonesia

Bagikan informasi ini

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
Instagram