BERUPAYA MEMBINA UMMAT

BERUPAYA MEMBINA UMMAT

بسم الله الرحمن الرحیم

(هُوَ ٱلَّذِی بَعَثَ فِی ٱلۡأُمِّیِّـۧنَ رَسُولࣰا مِّنۡهُمۡ یَتۡلُوا۟ عَلَیۡهِمۡ ءَایَـٰتِهِۦ وَیُزَكِّیهِمۡ وَیُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبۡلُ لَفِی ضَلَـٰلࣲ مُّبِینࣲ)

“Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” [Surat Al-Jumu’ah 2]

1️⃣ Ayat ini bagian dari suzrat al Jumu’ah, surat dalam Al-Qur’an yang berjumlah sebelas ayat dan tergolong surat Madaniyah. Menurut Ibnu Abbas dari Abu Hurairah, Rasulullah sering membaca surat al Jumu’ah dan surat al-Munafiqun saat shalat Jum’at (HR. Muslim).

Surat al Jumu’ah diturunkan dalam situasi ketika Rasulullah sedang khutbah jum’at dan ada informasi kedatangan kafilah dagang, maka sebagian besar kaum Muslimin bubar meninggalkan jum’at an, menuju perniagaan dan permainan, hingga tersisa 12 orang yang mendengarkan khutbah termasuk Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

 

2️⃣ Ulama tafsir meyakini ayat ini merupakan jawaban Allah atas do’a Nabi Ibrahim as setelah meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail as, ketika ia meminta agar diutus di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka (al-Baqarah : 129).

Ayat kedua surat al Jumu’ah ini menunjukkan tugas kenabian Rasulullah saw, membacakan ayat Al-Qur’an, mensucikan jiwa dan mengajarkan Al-Qur’an.

Rasulullah saw pun senang mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari orang lain. Beliau menyuruh Ibnu Mas’ud untuk membaca dan ia mendengarkannya dengan khusyu’ sampai air mata beliau bercucuran (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

 

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Zadul Ma’ad menyampaikan dua sudut pandang taghanni (melagukan bacaan Al-Qur’an):

✅ Sesuai dengan bakat atau bawaan manusia tanpa ada unsur dibuat-buat dan ini dibolehkan untuk memperindah bacaan.

🚫 Ada unsur dibuat-buat dan disengaja oleh seseorang dengan cara mempelajari teknik memperindah bacaan Al-Qur’an dan inilah yang tidak disukai para salafush-shalih.

 

3️⃣ Setidaknya ada tiga pelajaran dari ayat ini:

🟢 Besarnya upaya dan usaha mendidik komunitas masyarakat yang islami sehingga mencapai kesempurnaannya.

🟢 Pelajaran kesabaran dalam menghadapi kesulitan dan untuk mengatasinya dalam misi pendidikan dan pembinaan generasi berikutnya.

🟢 Terbentuknya komunitas masyarakat yang mampu mengemban amanat akidah.

 

Adapun tazkiyatun nafs, sebuah proses simultan yang tidak akan pernah berhenti; penyucian dan pembersihan nurani dan perasaan, pembersihan segala amal usaha dan perilaku, pembersihan terhadap kehidupan rumah tangga, pembersihan kehidupan masyarakat dari ideologi syirik, takhayul, bid’ah dan khurafat.

🤲🏻 Semoga Allah mudahkan kita dalam mengemban taurits da’awi (pewarisan dakwah), terlibat langsung dalam poses pembinaan ummat, tidak sekadar menjadi pengamat, komentator atau penonton.

Aamiin…

Arief Rahman Hakim, M.Ag.
Pimpinan Pondok Pesantren Qur’an Kebantenan

Bagikan informasi ini

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
Instagram