BEPERGIAN DI BUMI

بسم الله الرحمن الرحیم

{ قُلۡ سِیرُوا۟ فِی ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُوا۟ كَیۡفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلُۚ كَانَ أَكۡثَرُهُم مُّشۡرِكِینَ }

Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
[Surat Ar-Rum: 42]

 

# Perintah berjalan di bumi yaitu berjalan dengan fisik dan hati untuk memperhatikan dan merenungkan peristiwa dan kejadian masa lalu; perumpamaan, sejarah dan kondisi yang mengandung pelajaran. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang musyrik, mengingkari Allah dan mendustakan para Rasul, mereka menjalani akhir hidup yang buruk akan mendapatkan balasan setimpal dari Allah, kelak akan hina dina di akhirat.

# Allah ta’ala menginginkan agar orang-orang beriman bisa mengambil pelajaran dari mereka, senantiasa waspada sehingga terhindar dari azab Allah yang pedih. Allah ta’ala tidak ingin mereka mengalami nasib yang sama di akhirat nanti seperti dialami orang-orang musyrik.

 

# Ada ayat senada terkait bepergian di bumi ini,

{ قُلۡ سِیرُوا۟ فِی ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُوا۟ كَیۡفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلۡمُجۡرِمِینَ }

“Katakanlah (Muhammad), “Berjalanlah kamu di bumi, lalu perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa.” [Surat An-Naml: 69]

 

# Dalam bepergian di bumi, ketika menaiki atau menuruni tanjakan. Menurut Anas bin Malik, Rasulullah saw mengucapkan,

اللهم لک الشرف علی کل شرف, ولک الحمد علی کل حمد.
Allaahumma lakasysyarafu ‘ala kulli syarafin, walakal hamdu ‘ala kulli hamdin

Ya Allah, Engkau Mahamulia dari segala kemuliaan dan segala pujian hanya bagi-Mu dalam segala sesuatu.
(HR. Ahmad)

 

# Rasulullah saw membenci seseorang yang melakukan perjalanan di malam hari seorang diri. Beliau bersabda,

“Kalaulah orang-orang mengetahui, ia tidak akan melakukan perjalanan di malam hari sendirian.” (HR. Bukhari)

Di hadist lain,

“Sesungguhnya, yang menemaninya kesendirian (dalam perjalanan) adalah setan, atau yang kedua adalah setan, Ada pun yang ketiga adalah kendaraan.” (HR. Ahmad)

 

# Dalam keseharian sangat dimungkinkan bepergian di bumi; perjalanan mudik atau pulang kampung, silaturrahim, dinas kantor, perjalanan bisnis, rapat dan lobi-lobi bisnis atau politik, perjalanan menuntut ilmu atau menjenguk anak di luar kota, menengok orangtua, dan lain-lain. Penting untuk memperhatikan adab bepergian seperti pesan-pesan Allah ta’ala dan pesan Rasulullah saw.

 

Semoga bepergian yang dilakukan adalah bepergian yang senantiasa mengingatkan selalu diri kita kepada Allah dan wisata yang menjaga diri dari hal-hal yang Allah benci. Aamiin.

 

Arief Rahman Hakim

Bagikan informasi ini

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

RSS
Follow by Email
Instagram